Kamis, 29 Agustus 2013

Belajar Al Qur’an dapat dibagi kepada beberapa tingkatan yaitu belajar membaca sampai baik dan lancar dengan kaidah-kaidah yang berlaku dalam qiraat dan tajwid, belajar arti dan maksud yang terkandung di dalamnya dan tingkatan yang terakhir adalah menghafalnya.
Sesungguhnya belajar membaca Al Qur’an itu sesutau yang mudah, tidak ada kata sulit dalam mempelajari Al Qur’an. Niat dan tekad belajar sungguh-sungguh serta meluangkan waktunya adalah kunci utama untuk sukses membaca Al Qur’an dengan baik dan benar. Sebagaimana dalam Firman Allah SWT yang berbunyi :


Sebelum belajar membaca Al Qur’an ada baiknya untuk mengenal hurf-huruf hijaiyyah, dengan memperhatikan beberapa pentunjuk berikut ini :
1. Kenalkan huruf-huruf hijaiyyah dnegan melihat ejaan latin, lalu praktikkan tanpa melihat ejaan latin.
2. Pengenalan huruf dilakukan secara bertahap sesuai urutan pembagian huruf.
3. Janganlah berpindah ke pembagian huruf selanjutnya sebelum menguasai huruf-huruf sebelumnya.
4. Lakukan praktik pengucapan huruf secara berulang kali dan tes-lah pengucapan huruf secara spontanitas.
Al Qur’anul Karim adalah hujjah (sumber yang dapat dipercaya kebenarannya) Nabi Muhammad merupakan nabi yang terakhir dan lisan agama yang tulus, undang-undang syariat Islam, kamua bahasa Arab. Al Qur’an merupakan teladan (contoh) dan pemimpin (imam) bagi kita di dalam hidup ini dengan Al Qur’an kita diberi petunjuk, kembali kepada Al Qur’an dalam menegakkan hukum. Kita beramal dengan Al Qur’an dalam melaksanakan perintah Allah SWT serta menjauhi segala larangan Nya.
Al Qur’anul Karim adalah pengikat antara langit dan bumi, perjanjian antara Allah dan hambaNya. Al Qur’anul Karim adalah jalan menuju kepada Allah SWT yang kekal (abadi), Al Qur’an merupakan kitab samawi yang paling mulia dan paling agung wahyu yang diturunkan dari langit.
Adapun dalil-dalil mengenai keutamaan Al Qur’an ini, diantaranya sebagai berikut :
belajar baca alquransurat al-maidaharti surat al maidah
Sesungguhnya orang yang paling mulai ibadahnya serta besar pahalanya ketika mendekatkan diri kepada Allah SWT adalah membaca Al Qur’anul Karim. Hal ini telah diperintahkan kepada kita untuk selalu membaca Al-Qur’an sebagaimana diterangkan dalam firman Allah SWT,
surat al muzammil
Mengenai keutamaan membaca Al Qur’an ini juga dijelaskan dalam firman Allah SWT :
surat al fathir
Mempelajari Al Qur’an hukumnya adalah fardu kifayah, namun untuk membacanya memakai ilmu tajwid secara baik dan benar merupakan fardhu’ain, kalau terjadi kesalahan dalam membaca Al Qur’an maka termasuk dosa. Untuk menghindari diri dari dosa tersebut, kita dituntut untuk selalu belajar Al Qur’an pada ahlinya. Di sisi lain, kalau kita membaca Al Qur’an tidak mempunyai dasar riwayat yang jelas (sah), maka bacaan kita itu dianggapkurang utama, bahkan bisa tidak sah yang kita baca itu. Tidak sedikit di antara kita (umat Islam) yang tidak mengetahui periwayatan membaca Al Qur’an ini.

Jibril Memberitahu Yusuf as Tentang Kedatangan Saudaranya



Saudara-saudara Yusuf menemui Nabi Yusuf as pada hari Khamis.
Firman Allah SWT:
“Dan saudara-saudara Yusuf datang (ke Mesir) kemudian mereka masuk ke tempatnya. Maka Yusuf mengenal mereka, sedang mereka tidak kenal lagi kepadanya.”
(Yusuf: 58)
Ketika saudara-saudara Yusuf hampir sampai di Kota Mesir, maka turunlah Jibril menemui Nabi Yusuf as dan ia berkata:
“Saudara-saudaramu datang menemuimu, bagaimana sikapmu terhadap mereka. Nabi Yusuf menjawab: Wahai Jibril, mereka telah banyak menyakiti hatiku, bahkan mereka telah beniat untuk membunuhku, ketika ini mereka datang memerlukan bantuan denganku. Tiada lain yang harusku lakukan selain memaafkan mereka.”
Sebahagian ulama mengatakan bahawasanya saudara-saudara Yusuf as datang menemuinya sebanyak tiga kali. Untuk kali pertama, mereka datang sebagai orang-orang yang memerlukan bantuan. Kemudian Yusuf as memuliakan mereka.
Firman Allah SWT bermaksud:
“Yusuf berkata kepada bujang-bujangnya, “ Masukkanlah barang-barang (penukar milik mereka) ke dalam karung-karung mereka, supaya mereka mengetahuinya apabila mereka telah kembali kepada keluarganya mudah-mudahan mereka kembali lagi.”
(Yusuf. 62)
Kali kedua, mereka datang dengan kesombongan maka mereka pulang dengan rasa dukacita, ketika saudara mereka mengatakan kepada mereka: “Kembalilah kepada ayahmu dan katakanlah: “Wahai ayah kami, sesungguhnya anakmu telah mencuri.”
(Yusuf. 81)
Kali ketiga mereka datang dengan merendahkan diri, oleh sebab itu mereka pulang dengan hati yang senang dan gembira. Kerana Yusuf mempunyai sifat penyayang dan orang yang penyayang itu suka kepada orang yang merendah diri.
Ketika mereka memasuki Kota Mesir, Yusuf as memerintahkan agar istana-istana dan rumah-rumah dihias. Kemudian beliau mengeluarkan pakaian yang indah untuk dipakaikan kepada sahaya dan perajuritnya. Beli memasang permaidani-permaidani yang indah, serta menyusun singgahsana untuk menyambut saudara-saudaranya.
Nabi Yusuf as duduk di atas singgahsana, lalu beliau memerintahkan agar saudara-saudaranya masuk. Ketika itu mereka tidak lagi mengenali Yusuf as tetapi Nabi Yusuf masih mengenali mereka.

Jibril Memberi Peringatan kepada Nabi Yusuf as


FIRMAN Allah SWT:
“Dan bersama dengan Yusuf masuk pula ke dalam penjara dua orang pemuda.”
(Yusuf: 36)
Dua orang yang masuk ke dalam penjara tersebut, adalah tukang beri minum raja dan tukang masak raja. Sedangkan ketika itu yang menjadi raja iaitu “Royyaan.”
Sebab dimasukkan kedua orang pemuda ke dalam penjara adalah kerana kedua pemuda tersebut telah menerima rasuah daripada raja Rom dengan tugas memberi racun dalam makanan dan minuman raja Royyaan.
Tukang masak menerima rasuah tersebut. Sementara itu tukang memberi air raja menolak tawaran raja Rom, dan melaporkan kepada raja tentang pengkhianatan yang dilakukan oleh tukang masak. Namun tukang memberi air juga dimasukkan ke dalam penjara bersama dengan tukang masak tadi.
Mereka berada di penjara lebih kurang selama tiga hari. Di dalam penjara, mereka berdua melihat Nabi Yusuf as suka membuat penilaian tentang mimpi. Untuk mencuba kebenaran tafsiran atau penilaian Yusuf as mereka mengatakan seakan akan mereka bermimpi, padahal sesungguhnya mereka hanya berbohong.
Sebahagian ulamak mengatakan bahawa tukang memberi minum raja memang betul-betul bermimpi sedangkan tukang masak tidak bermimpi sama sekali. Tukang memberi minum raja berkata: “Aku bermimpi seakan-akan melihat ada tiga buah bekas atau mangkuk dari emas, aku memerah anggur dan memasukkan ke dalam bekas itu. Lalu aku buat khamar dan aku berikan kepada raja Royyaan.
Tukang masak raja berkata pula: “Aku bermimpi seakan akan diriku sedang memikul satu bakul roti di atas kepalaku, dan burung-burung memakan roti tersebut.”
Kemudian Nabi Yusuf as meramal mimpi keduanya. Beliau berkata: “Wahai kedua temanku, adapun salah seorang di antara kamu akan memberikan minuman untuk tuannya dengan khamar, adapun yang seorang lagi ia akan di salib.”
Setelah Nabi Yusuf as selesai meramalkan mimpi mereka, berkata salah seorang di antara mereka: “Sesungguhnya saya tidak bermimpi.’ Maka Nabi Yusuf menjawab: “Telahku ramal mimpimu dan bahkan telah ditetapkan oleh Allah SWT.
Firman Allah SWT maksudnya:
“Telah diputuskan perkara yang kamu berdua menanyakannya kepadaku.”
(Yusuf: 41)
Tidak beberapa lama setelah itu, maka pegawai-pegawai raja membawa tukang masak tersebut, kemudian mereka salib. Setelah tukang masak tersebut disalib, maka tinggallah tukang memberi minum raja di penjara selama tiga hari. Kemudian datang utusan raja membawanya keluar dari dalam penjara, dia diberi pakaian indah, lalu dibawa kepada raja dengan segala kehormatan.
Ketika tukang memberi minum raja tersebut keluar, Nabi Yusuf sempat berkata: “Jelaskanlah keadaanku ini kepada tuanmu.” KetikaYusuf berkata demikian, maka gunung-ganang pun bergoncang dan turunlah Jibril as serta berkata:
“Wahai Yusuf sesungguhnya Allah SWT bertanya kepadamu: Siapakah yang menjadikan rasa cinta di dalam hati Ya’kub terhadapmu? Yusuf menjawab; “Tuhanku”. Jibril bertanya: Siapakah yang menyelamatkan dirimu dari tipu daya saudara-saudaramu? Yusuf menjawab; Tuhanku. Siapakah yang telah memeliharamu di dalam perigi? Yusuf menjawab; Tuhanku. Siapakah yang menjadikan rasa suka Zulaikha terhadapmu? Yusuf menjawab; Tuhanku. Kemudian Jibril bertanya: Siapa pula yang telah menyelamatkan dirimu dari tipu daya Zulaikha? Yusuf menjawab; Tuhanku.”
Selanjutnya Jibril berkata: “Wahai Yusuf, sesungguhnya Allah SWT telah membuat kebaikan ini untukmu. Maka di manakah engkau melihat tidak mempunyai Allah, sehingga engkau meminta pertolongan kepada yang lain? Wahai Yusuf, dulu datukmu Ibrahim as tidak mahu meminta tolong kepada Jibril ketika ia akan dilemparkan ke dalam api oleh Namruz. Ketika itu aku berkata kepadanya: “Apakah engkau memerlukan pertolongan wahai Ibrahim? Kemudian Ibrahim menjawab: Kepadamu, aku tidak meminta pertolongan.”
Begitu pula datukmu Ismail, ia tidak meminta pertolongan apa pun kepada ayahnya Ibrahim, ketika ia akan dikorbankan. Namun ia hanya berkata: “Insya Allah engkau akan memperolehi aku termasuk golongan orang-orang yang sabar.”
“Tetapi engkau wahai Yusuf baru sahaja tiga hari berada di dalam penjara, sudah tidak sabar, sehingga engkau minta pertolongan kepada raja.”
Maka bersujudlah Nabi Yusuf as. kepada Allah SWT, dan menangis selama empat puluh hari. “YaAllah, demi kehormatan datukku Ibrahim as dan Ismail as dan Ishak as serta demi ayahku Ya’kub as kasihanilah aku dan ampunkanlah kesalahanku.”
Maka turunlah Jibrail as menemui Nabi Yusuf as dan berkata:
“Sesungguhnya Allah SWT berfirman: “Aku telah memaafkanmu, akan tetapi Allah beri engkau hukuman dengan tinggal di dalam penjara selama tujuh tahun lagi.”


Jibril a.s menggoncang tugu kaum nabi Saleh



Bagi tiap-tiap seorang ada malaikat penjaganya silih berganti dari hadapannya dan dari belakangnya, yang mengawas dan menjaganya (dari sesuatu bahaya) dengan perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah apa yang ada pada sesuatu kaum sehingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki untuk menimpakan kepada sesuatu kaum bala bencana (disebabkan kesalahan mereka sendiri), maka tiada sesiapapun yang dapat menolak atau menahan apa yang ditetapkanNya itu, dan tidak ada sesiapapun yang dapat menolong dan melindungi mereka selain daripadaNya. (Ar-R'ad 13:11)
Kaum Saleh telah dibinasakan Allah dengan suara jeritan Jibril as. Peristiwa ini terjadi pada hari Rabu. Firman Allah SWT:
"Sesungguhnya kami menimpakan atas mereka suatu suara yang keras mengguntut; maka jadilah mereka seperti rumput-­rumput kering (yang dikumpulkan oleh) yang mempunyai kandang binatang." (Al- Qomar: 31)
Dikisahkan bahawa pada suatu hari Nabi Saleh menyampaikan berita bahawa pada masa itu akan lahir di tengah-tengah mereka seseorang yang menjadi penyebab kehancuran kaum itu.
Maka para pemuka kaum itu mengadakan mesyuarat untuk membahas masalah tersebut. Akhirnya mereka memutuskan, harus memisahkan diri daripada isteri masing-masing, jika ada yang hamil dan melahirkan anak lelaki maka harus dibunuh. Keputusan mereka itu dijalankan.
Salah seorang dari kaum mereka melahirkan seorang anak lelaki, namun mereka tidak sampai hati untuk membunuhnya. Disebabkan keluarga tersebut belum pernah mempunyai anak, anak itu bemarna Qodaron.
Sebanyak sembilan kaum telah membunuh anak lelaki mereka yang lahir. Namun ketika mereka melihat Qodaron telah menjadi seorang pemuda, mereka merasa menyesal kerana telah membunuh anak-anak mereka dahulunya. Kemudian mereka berunding untuk membunuh Nabi Saleh as.
Mereka berkata: "Sebaiknya kita pergi keluar kota dahulu, kemudian kita pulang dengan secara sembunyi, pada saat itu Nabi Saleh kita bunuh. Lalu kita bersumpah dengan nama Allah dengan kerabatnya bahawa kita tidak membunuhnya dan kita tidak tahu sama sekali tentang pembunuhan itu."
Ketika itu umur Qodaron lima belas tahun. Di saat mereka sedang minum arak, mereka juga memerlukan air, sedangkan pada hari itu merupakan giliran unta untuk mendapatkan air, mereka sudah puas mencari air di tempat yang lain, namun tidak mereka temui. Kemudian Qodaron berkata: "Menurut pendapatku, lebih baik kita bunuh sahaja unta Saleh, sebab kita dalam kesukaran air."
Kemudian mereka pun keluar dengan membawa sebilah pedang, mereka bersembunyi di rumput-rumput di bawah kaki gunung. Pada saat giliran unta Saleh ingin minum air, maka dengan segera Qodaron membunuh unta tersebut. Kemudian mereka juga berusaha membunuh anak unta Nabi Saleh, maka anak unta itu pun berlari ke arah gunung, maka dengan kuasa Allah gunung itu terbelah, dan masuklah anak unta itu ke dalamnya.
Ketika Nabi Saleh as mengetahui peristiwa pembunuhan terhadap unta mukjizatnya itu, maka ia berkata kepada kaumnya: "Anda semua boleh duduk di rumah selama tiga hari, setelah itu akan datang seksaan kepada anda. Tanda­tandanya adalah, pada hari pertama muka-muka kamu semua menjadi merah, pada hari kedua menjadi kuning, pada hari ketiga menjadi hitam legam."
Di saat mereka melihat tanda-tanda seperti yang diucapkan oleh Nabi Saleh itu betul, mereka pun berkata: "Mari kita bunuh Nabi Saleh seperti kita membunuh untanya." Mereka kemudiannya menuju ke tempat tinggal Nabi Saleh. Peristiwa itu terjadi pada hari Rabu. Kemudian Jibril as datang sambil memegang tugu-tugu kota itu lalu digoncangnya dengan sekeras-kerasnya. Akhirnya dia menjerit dengan sekuat-kuatnya sehingga mereka semua mati pada saat itu juga.
Begitu gambaran betapa bahayanya minuman keras yang memabukkan ini. Kerana sebab terbunuhnya unta mukjizat Nabi Saleh disebabkan minuman keras. Fitnah Harut dan Maarut juga kerana minuman keras. Sebab terbunuhnya Nabi Yahya kerana minuman keras. Kaum Nabi Nuh mengganggu Nabi Nuh kerana minuman keras. Pembunuhan terhadap Usman ra juga disebabkan minuman keras. Pembunuhan terhadap Sayyidina Husin juga kerana minuman keras."

Jibril & 12,000 Malaikat menemui Rasulullah di Bukit Qubais

 Bagi tiap-tiap seorang ada malaikat penjaganya silih berganti dari hadapannya dan dari belakangnya, yang mengawas dan menjaganya (dari sesuatu bahaya) dengan perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah apa yang ada pada sesuatu kaum sehingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki untuk menimpakan kepada sesuatu kaum bala bencana (disebabkan kesalahan mereka sendiri), maka tiada sesiapapun yang dapat menolak atau menahan apa yang ditetapkanNya itu, dan tidak ada sesiapapun yang dapat menolong dan melindungi mereka selain daripadaNya. (Ar-R'ad 13:11)
Pada zaman jahiliah di antara beberapa orang raja ada seorang raja yang bernama raja Habib lbnu Malik di kota Syam. Orang-orang arab menggelarnya “Raihanah Quraisyin.”
Ketika Raja Habib bersama angkatan tenteranya seramai 12,000 orang singgah di Abthah, iaitu suatu tempat dekat kota Makkah maka datanglah Abu Jahal beserta pengikut pengikutnya memberikan berbagai-bagai hadiah kepada raja Habib.
Setelah itu Abu Jahal dipersilakan duduk di sebelah kanan raja Habib. Berkata raja Habib: “Wahai Abu Jahal katakan kepadaku tentang Muhammad.”

Berkata Abu Jahal: “Tuan, silalah tuan tanya tentang Muhammad itu dari Bani Hasyim.”

Raja Habib pun bertanya kepada Bani Hasyim: “Wahai Bani Hasyim, katakan pada beta tentang Muhammad itu.”

Berkata Bani Hasyim: “Sebenarnya kami telah mengenal Muhammad itu sejak dia kecil lagi, orangnya sungguh amanah dan setiap katanya benar; dia tidak akan berkata selain dari yang benar. Apabila umur Muhammad meningkat pada 40 tahun dia telah mula mencela Tuhan kita dan dia membawa agama baru yang bukan datangnya dari nenek moyang kita.”

Sebaik sahaja raja Habib mendengar penjelasan dan Bani Hasyim maka dia pun berkata: “Bawa Muhammad mengadap dengan cara baik, kalau Muhammad degil maka gunakan kekerasan.

Setelah itu mereka pun mengutus salah seorang untuk menjemput Muhammad SAW. Setelah Rasulullah SAW menerima pesanan raja, baginda pun bersiap-siap untuk pergi, sementara itu Abu Bakar ra dan Siti Khadijah menangis kerana takut baginda dizalimi oleh raja tersebut.

Rasulullah SAW berkata: “Janganlah kamu berdua menangis, serahkanlah urusanku ini kepada Allah SWT.”

Kemudian Ahu Bakar ra pun mengaturkan pakaian untuk RasuIulIah SAW yang terdiri dari baju berwarna merah dan serban berwarna hitam.

Setelah Rasulullah SAW mengenakan pakaian tersebut maka baginda bersama Abu Bakar ra dan Khadijah ra pun pergi menghadap raja Habib. Setelah sampai di hadapan raja, Abu Bakar ra berdiri di sebelah kanan Rasulullah SAW sementara Siti Khadijah berdiri di belakang Rasulullah SAW.

Apabila raja Habib melihat baginda Rasulullah SAW berdiri dihadapannya maka raja Habib pun bangun memberi hormat mempersilakan Rasulullah SAW duduk di sebuah kerusi yang diperbuat dari emas. Sementara itu Siti Khadijah yang merasa cemas berdoa kepada Allah SWT: “Ya Allah, tolonglah Muhammad dan mudahkanlah dia menjawab sebarang pertanyaan.”

Sewaktu baginda duduk di hadapan raja Habib maka keluarlah cahaya memancar dari wajah baginda dan baginda duduk dengan tenang tanpa rasa takut.

Raja Habib memulakan pertanyaan: ‘Wahai Muhammad, kamu pun tahu bahawa setiap Nabi itu ada mukjizatnya, jadi apakah mukjizat kamu itu?”

Bersabda Rasulullah SAW: “Katakan apakah yang kamu kehendaki?”

Berkata raja Habib: Aku mahu matahari itu terbenam dan bulan pula hendaklah turun ke bumi dan kemudiannya bulan hendaklah terbelah menjadi dua, kemudian masuk di bawah baju kamu dan separuh keluar melalui lengan baju kamu yang kanan dan sebelah lagi hendaklah keluar melalui lengan baju kamu yang kiri. Setelah itu bulan itu hendaklah berkumpul menjadi satu di atas kepala kamu dan bersaksi atasmu, kemudian bulan itu hendaklah kembali ke langit dan mengeluarkan cahaya yang hersinar dan hendaklah bulan itu tenggelam. Sesudah itu hendaklah matahari yang tenggelam muncul semula dan berjalan ke tempatnya seperti mulanya.”

Setelah mendengar begitu banyak yang raja Habib kehendaki, maka baginda Rasulullah SAW pun bersabda:

Apakah kamu akan beriman kepadaku setelah aku melakukan segala apa yang kamu kehendaki?”

Berkata raja Habib: “Ya, aku akan beriman kepadamu setelah kamu dapat menyatakan segala isi hatiku.”

Abu Jahal yang sedang menyaksikan percakapan itu segera melompat ke hadapan sambil berkata: “Wahai tuanku, tuanku telah mengatakan yang cukup baik dan tepat.”

Rasulullah SAW pun keluar lalu pergi mendaki gunung Abi Qubais, kemudian baginda mengerjakan solat dua rakaat lalu berdoa kepada Allah SWT. Setelah berdoa maka turunlah malaikat Jibril as bersama dengan 12,000 malaikat dengan memegang panah di tangan mereka.

Malaikat Jibril as berkata: “Assalamu alaika yaa Rasulullah, sesungguhnya Allah telah bersalam kepadamu dan berfirman:

“Wahai kekasihku, janganlah kamu takut dan bersusah hati. Aku akan sentiasa bersamamu di mana sahaja engkau berada dan telah tetap dalam pengetahuanKu dan berjalan di dalam qada kepastianKu di zaman azali apa-apa yang diminta oleh raja Habib bin Malik pada hari ini; pergilah kamu kepada mereka dan berikan  hujjahmu dengan tepat dan jelaskan keadaanmu dan keutusanmu. Ketahuilah sesungguhnya Allah SWT telah menundukkan matahari, bulan, malam dan siang. Sesungguhnya raja Habib itu mempunyai seorang puteri yang tidak mempunyai kedua tangan, kedua kaki dan tidak mempunyai kedua mata. Dan katakan kepadanya bahawa Allah SWT telah mengembalikan kedua tangannya, kedua kakinya dan kedua matanya.”

Setelah itu Rasulullah SAW pun turun dari gunung Abi Qubais dengan rasa tenang dan rasa gembira. Malaikat Jibril as di angkasa dan para malaikat berbaris lurus dan Rasulullah SAW berdiri di maqam Ibrahim. Dan adalah saat itu matahari terbenam.

Matahari mulai seakan-akan berlari cepat, ertinya matahari cepat-cepat terbenam dan menjadi gelap gelita. Kemudian bulan terbit dengan terangnya, setelah bulan naik meninggi baginda Rasulullah SAW memberikan isyarat dengan dua jari-jarinya kepada bulan itu, dan bulan seakan-akan berlari turun ke bumi dan berdiri di hadapan baginda Rasulullah SAW. Kemudian bulan itu bergerak-gerak seperti awan lalu bulan itu terbelah menjadi 2 dan bulan itu masuk di bawah baju Rasulullah SAW separuhnya keluar melalui lengan sebelah kanan baju baginda sementara yang sebelah lagi keluar melalui lengan sebelah kiri baju baginda. Kemudian bulan kembali bercantum mengeluarkan cahaya dengan terang lalu berdiri di atas kepala Rasulullah SAW dengan berkata: “Saya bersaksi bahawa sesungguhnya tidak ada Tuhan melainkan Allah dan saya bersaksi bahawa Muhammad itu hamba Allah dan RasulNya sesungguhnya berbahagialah orang-orang yang membenarkan engkau Muhammad dan rugilah orang-orang yang menyalahi engkau.”

Setelah bulan berkata demikian maka bulan pun kembali ke langit menjadi terang dan menghilangkan dirinya. Sebaik sahaja bulan menghilangkan dirinya maka matahari pun timbul kembali. Oleh kerana raja Habib telah mengatakan bahawa Rasulullah SAW mesti memberitahu rasa hatinya maka diapun berkata: ‘Wahai Muhammad, kamu masih ada satu syarat lagi.”

Belum sempat Habib hendak berkata maka baginda Rasululah SAW bersabda: “Sesungguhnya kamu mempunyai seorang puteri yang tidak mempunyai dua tangan, tidak mempunyai dua kaki dan dia juga tidak mempunyai dua mata dan sesungguhnya ketahuilah olehmu Allah SWT telah mengembalikan kedua tangan, kedua kaki dan kedua matanya.”

Sebaik sahaja raja Habib mendengar dan meihat segala galanya maka dia pun berkata: “Wahai ahli Makkah, tidak ada kufur sesudah iman dan tidak ada keraguan sesudah yakin, oleh itu ketahuilah oleh kamu sekelian bahawa sesungguhnya aku bersaksi, Tidak ada Tuhan melainkan Allah yang satu dan tidak ada sekutu bagiNya, dan saya bersaksi bahawa sesungguhnya Muhammad itu hambaNya dan utusan-Nya.”

Raja Habib dan semua bala tenteranya masuk Islam. Kemarahan Abu Jahal meluap-luap dan dia berkata: “Wahai tuan raja, apakah tuan percaya kepada ahli syihir ini sehingga syihir itu telah mempersonakan tuan.”

Raja Habib tidak menghiraukan kata-kata Abu Jahal, sebaliknya raja Habib kembali ke negerinya Syam. Apabila raja Habib masuk ke dalam istananya dia disambut oleh anak perempuanya dengan mengucap: “Asyhadu alla ilaaha illallah wa asyhadu anna Muhammadan ‘abduhu wa Rasuuluhu” (Saya bersaksi bahawa sesungguhnya tidak ada Tuhan melainkan AlIah dan saya bersaksi bahawa Muhammad itu adalah pesuruhNya dan utusanNya).

Raja Habib tercengang dengan kalimah yang diucapkan oleh anaknya maka dia pun berkata: “Wahai anakku, siapakah yang mengajarkan kepada kamu kalimah ini?”

Berkata anak raja Habib: “Sebenarnya sewaktu saya tidur, telah datang seorang lelaki lalu berkata kepada saya: “Sesunguhnya ayah kamu telah masuk Islam, kalau kamu mahu masuk Islam maka aku kembalikan segala anggota kamu dengan baik.” Setelah itu saya pun tidur dan pagi ini diri saya tidak ada yang

kurang seperti yang ayah lihat sekarang”

Kemudian raja Habib bersyukur sujud kepada Allah SWT agar nikmat iman dan bertambahlah keyakinan. Setelah itu raja Habib mengumpulkan emas, perak dan kain lalu dinaikkan atas lima ekor unta berserta dengan beberapa orang hamba

dikirimkan kepada Rasulullah SAW.

Ketika rombongan yang membawa segala hadiah dari raja Habib itu sampai dekat kota Makkah, tiba-tiba muncul Abu Jahal bersama kuncu-kuncunya lalu berkata: “Kamu semua milik siapa?”

Berkata rombongan itu: “Kami semua ini milik raja Habib bin Ibnu Malik dan kami hendak pergi pada Rasullulah SAW.”

Sebaik sahaja Abu Jahal mendengar jawapan dari rombongan itu maka dia cuba merampas semua barang-barang yang bawa oleh rombongan itu, oleh kerana rombongan itu enggan menyerahkan barang-barang tersebut maka berlakulah pergaduhan antara kedua belah pihak. Apabila berlaku peperangan diantara kedua belah pihak maka berkumpullah penduduk kota Makkah dan datang bersama mereka Rasulullah SAW.

Melihat akan kedatangan orang ramai maka berkata rombongan diraja itu: “Kesemua barang yang kami bawa ini adalah milik raja Habib, dan raja Habib berhajat untuk rnenghadiahkan kesemua barang ini kepada Rasulullah SAW.”

Abu Jahal berkata: “Raja Habib menghadiahkan kesemua harang ini kepada saya.”

Lalu Rasulullah SAW bersabda: “Wahai penduduk Makkah, adakah kamu semua suka kalau aku mencadangkan sesuatu?”

Berkata penduduk Makkah: “Ya, kami setuju.”

Bersabda Rasulullah SAW: “Kita hendaklah memutuskan percakapan unta ini, untuk siapakah sebenarnya harta ini.

Berkata Abu Jahal: “Kita tentukan perkara ini esok pagi.”

Setelah mendapat persetujuan dari Rasulullah SAW untuk ditunda pada esok hari maka Abu Jahal pun balik dan terus pergi kepada berhala-berhala yang disembahnya, dia pun memberi beberapa korban kepada berhala-berhala mereka dan memohon pertolongan pada berhala mereka sehingga pagi.

Apabila waktu yang dijanji telah tiba maka ramailah penduduk kota Makkah datang untuk melihat keputusan pengadilan. Rasulullah SAW datang bersama bapa saudara baginda danAbu Jahal bersama kuncu-kuncunya. Sebaik sahaja Abu Jahal sampai maka dia pun terus mengelilingi unta itu dengan berkata: “Berkatalah unta-unta semua atas nama Lata, Uzza dan Manata.” Setelah Abu Jahal berkata demikian sekian lama sehingga matahari telah tinggi, namum unta-unta itu tidak berkata apa-apa.

Maka berkata penduduk kota Makkah: ‘Wahai Abu Jahal, cukuplah apa yang kamu buat itu, sekarang giliran Muhamad pula untuk melakukannya.”

Rasulullah SAW pun menghampiri unta-unta tersebut dengan berkata: ‘Wahai unta makhluk Allah, demi ciptaan Allah berkatalah kamu dengan kekuasaan Allah.”

Setelah Rasulullah SAW berkata demikian maka bangunlah salah satu dari lima ekor unta lalu berkata: “Wahai ahli kota Makkah, kami semua ini adalah hadiah raja Habib bin Ibnu Malik untuk dipersembahkan kepada Rasulullah SAW.”

Sebaik sahaja unta itu berkata demikian maka RasulullahSAW pun menarik unta-unta tersebut berserta dengan barang-barang yang dibawanya ke gunung Qubais, kemudian Rasulullah SAW mengeluarkan semua emas dan perak yang

ada di atas unta lalu dikumpulkan sehingga menjadi bukit lalu berkata: “Wahai emas dan perak, hendaklah kamu semua menjadi pasir.”

Kemudian dengan sekejap sahaja kesemua emas dan perak itu menjadi bukit sehingga sekarang.