Belajar Al Qur’an
dapat dibagi kepada beberapa tingkatan yaitu belajar membaca sampai
baik dan lancar dengan kaidah-kaidah yang berlaku dalam qiraat dan
tajwid, belajar arti dan maksud yang terkandung di dalamnya dan
tingkatan yang terakhir adalah menghafalnya.
Sesungguhnya belajar membaca Al Qur’an itu sesutau yang mudah, tidak ada kata sulit dalam mempelajari Al Qur’an. Niat dan tekad belajar sungguh-sungguh serta meluangkan waktunya adalah kunci utama untuk sukses membaca Al Qur’an dengan baik dan benar. Sebagaimana dalam Firman Allah SWT yang berbunyi :
Sebelum belajar membaca Al Qur’an ada baiknya untuk mengenal
hurf-huruf hijaiyyah, dengan memperhatikan beberapa pentunjuk berikut
ini :
1. Kenalkan huruf-huruf hijaiyyah dnegan melihat ejaan latin, lalu praktikkan tanpa melihat ejaan latin.
2. Pengenalan huruf dilakukan secara bertahap sesuai urutan pembagian huruf.
3. Janganlah berpindah ke pembagian huruf selanjutnya sebelum menguasai huruf-huruf sebelumnya.
4. Lakukan praktik pengucapan huruf secara berulang kali dan tes-lah pengucapan huruf secara spontanitas.
Al Qur’anul Karim adalah hujjah (sumber yang dapat dipercaya
kebenarannya) Nabi Muhammad merupakan nabi yang terakhir dan lisan agama
yang tulus, undang-undang syariat Islam, kamua bahasa Arab. Al Qur’an
merupakan teladan (contoh) dan pemimpin (imam) bagi kita di dalam hidup
ini dengan Al Qur’an kita diberi petunjuk, kembali kepada Al Qur’an
dalam menegakkan hukum. Kita beramal dengan Al Qur’an dalam melaksanakan
perintah Allah SWT serta menjauhi segala larangan Nya.
Al Qur’anul Karim adalah pengikat antara langit dan bumi, perjanjian
antara Allah dan hambaNya. Al Qur’anul Karim adalah jalan menuju kepada
Allah SWT yang kekal (abadi), Al Qur’an merupakan kitab samawi yang
paling mulia dan paling agung wahyu yang diturunkan dari langit.
Adapun dalil-dalil mengenai keutamaan Al Qur’an ini, diantaranya sebagai berikut :
Sesungguhnya orang yang paling mulai ibadahnya serta besar pahalanya
ketika mendekatkan diri kepada Allah SWT adalah membaca Al Qur’anul
Karim. Hal ini telah diperintahkan kepada kita untuk selalu membaca
Al-Qur’an sebagaimana diterangkan dalam firman Allah SWT,
Mengenai keutamaan membaca Al Qur’an ini juga dijelaskan dalam firman Allah SWT :
Mempelajari Al Qur’an hukumnya adalah fardu kifayah, namun untuk
membacanya memakai ilmu tajwid secara baik dan benar merupakan
fardhu’ain, kalau terjadi kesalahan dalam membaca Al Qur’an maka
termasuk dosa. Untuk menghindari diri dari dosa tersebut, kita dituntut
untuk selalu belajar Al Qur’an pada ahlinya. Di sisi lain, kalau kita
membaca Al Qur’an tidak mempunyai dasar riwayat yang jelas (sah), maka
bacaan kita itu dianggapkurang utama, bahkan bisa tidak sah yang kita
baca itu. Tidak sedikit di antara kita (umat Islam) yang tidak
mengetahui periwayatan membaca Al Qur’an ini.
Kamis, 29 Agustus 2013
Jibril Memberitahu Yusuf as Tentang Kedatangan Saudaranya
Saudara-saudara Yusuf menemui Nabi Yusuf as pada hari Khamis.
Firman Allah SWT:
Firman Allah SWT:
“Dan saudara-saudara Yusuf datang (ke Mesir) kemudian mereka masuk ke
tempatnya. Maka Yusuf mengenal mereka, sedang mereka tidak kenal lagi
kepadanya.”
(Yusuf: 58)
(Yusuf: 58)
Ketika saudara-saudara Yusuf hampir sampai di Kota Mesir, maka
turunlah Jibril menemui Nabi Yusuf as dan ia berkata:
“Saudara-saudaramu datang menemuimu, bagaimana sikapmu terhadap
mereka. Nabi Yusuf menjawab: Wahai Jibril, mereka telah banyak menyakiti hatiku,
bahkan mereka telah beniat untuk membunuhku, ketika ini mereka datang memerlukan
bantuan denganku. Tiada lain yang harusku lakukan selain memaafkan
mereka.”
Sebahagian ulama mengatakan bahawasanya saudara-saudara Yusuf as
datang menemuinya sebanyak tiga kali. Untuk kali pertama, mereka datang sebagai
orang-orang yang memerlukan bantuan. Kemudian Yusuf as memuliakan
mereka.
Firman Allah SWT bermaksud:
“Yusuf berkata kepada bujang-bujangnya, “ Masukkanlah barang-barang
(penukar milik mereka) ke dalam karung-karung mereka, supaya mereka
mengetahuinya apabila mereka telah kembali kepada keluarganya mudah-mudahan
mereka kembali lagi.”
(Yusuf. 62)
(Yusuf. 62)
Kali kedua, mereka datang dengan kesombongan maka mereka pulang
dengan rasa dukacita, ketika saudara mereka mengatakan kepada mereka:
“Kembalilah kepada ayahmu dan katakanlah: “Wahai ayah kami, sesungguhnya anakmu
telah mencuri.”
(Yusuf. 81)
(Yusuf. 81)
Kali ketiga mereka datang dengan merendahkan diri, oleh sebab itu
mereka pulang dengan hati yang senang dan gembira. Kerana Yusuf mempunyai sifat
penyayang dan orang yang penyayang itu suka kepada orang yang merendah
diri.
Ketika mereka memasuki Kota Mesir, Yusuf as memerintahkan agar
istana-istana dan rumah-rumah dihias. Kemudian beliau mengeluarkan pakaian yang
indah untuk dipakaikan kepada sahaya dan perajuritnya. Beli memasang
permaidani-permaidani yang indah, serta menyusun singgahsana untuk menyambut
saudara-saudaranya.
Nabi Yusuf as
duduk di atas singgahsana, lalu beliau memerintahkan agar saudara-saudaranya
masuk. Ketika itu mereka tidak lagi mengenali Yusuf as tetapi Nabi Yusuf masih
mengenali mereka.
Jibril Memberi Peringatan kepada Nabi Yusuf as
FIRMAN Allah SWT:
“Dan bersama dengan Yusuf masuk pula ke dalam penjara dua orang pemuda.”
(Yusuf: 36)
“Dan bersama dengan Yusuf masuk pula ke dalam penjara dua orang pemuda.”
(Yusuf: 36)
Dua orang yang masuk ke dalam penjara tersebut, adalah tukang
beri minum raja dan tukang masak raja. Sedangkan ketika itu yang menjadi raja
iaitu “Royyaan.”
Sebab dimasukkan kedua orang pemuda ke dalam penjara adalah
kerana kedua pemuda tersebut telah menerima rasuah daripada raja Rom dengan
tugas memberi racun dalam makanan dan minuman raja Royyaan.
Tukang masak menerima rasuah tersebut. Sementara itu tukang
memberi air raja menolak tawaran raja Rom, dan melaporkan kepada raja tentang
pengkhianatan yang dilakukan oleh tukang masak. Namun tukang memberi air juga
dimasukkan ke dalam penjara bersama dengan tukang masak tadi.
Mereka berada di penjara lebih kurang selama tiga hari. Di
dalam penjara, mereka berdua melihat Nabi Yusuf as suka membuat penilaian
tentang mimpi. Untuk mencuba kebenaran tafsiran atau penilaian Yusuf as mereka
mengatakan seakan akan mereka bermimpi, padahal sesungguhnya mereka hanya
berbohong.
Sebahagian ulamak mengatakan bahawa tukang memberi minum raja
memang betul-betul bermimpi sedangkan tukang masak tidak bermimpi sama sekali.
Tukang memberi minum raja berkata: “Aku bermimpi seakan-akan melihat ada tiga
buah bekas atau mangkuk dari emas, aku memerah anggur dan memasukkan ke dalam
bekas itu. Lalu aku buat khamar dan aku berikan kepada raja Royyaan.
Tukang masak raja berkata pula: “Aku bermimpi seakan akan
diriku sedang memikul satu bakul roti di atas kepalaku, dan burung-burung
memakan roti tersebut.”
Kemudian Nabi Yusuf as meramal mimpi keduanya. Beliau berkata:
“Wahai kedua temanku, adapun salah seorang di antara kamu akan memberikan
minuman untuk tuannya dengan khamar, adapun yang seorang lagi ia akan di
salib.”
Setelah Nabi Yusuf as selesai meramalkan mimpi mereka, berkata
salah seorang di antara mereka: “Sesungguhnya saya tidak bermimpi.’ Maka Nabi
Yusuf menjawab: “Telahku ramal mimpimu dan bahkan telah ditetapkan oleh Allah
SWT.
Firman Allah SWT maksudnya:
“Telah diputuskan perkara yang kamu berdua menanyakannya kepadaku.”
(Yusuf: 41)
“Telah diputuskan perkara yang kamu berdua menanyakannya kepadaku.”
(Yusuf: 41)
Tidak beberapa lama setelah itu, maka pegawai-pegawai raja
membawa tukang masak tersebut, kemudian mereka salib. Setelah tukang masak
tersebut disalib, maka tinggallah tukang memberi minum raja di penjara selama
tiga hari. Kemudian datang utusan raja membawanya keluar dari dalam penjara, dia
diberi pakaian indah, lalu dibawa kepada raja dengan segala
kehormatan.
Ketika tukang memberi minum raja tersebut keluar, Nabi Yusuf
sempat berkata: “Jelaskanlah keadaanku ini kepada tuanmu.” KetikaYusuf berkata
demikian, maka gunung-ganang pun bergoncang dan turunlah Jibril as serta
berkata:
“Wahai Yusuf sesungguhnya Allah SWT bertanya kepadamu:
Siapakah yang menjadikan rasa cinta di dalam hati Ya’kub terhadapmu? Yusuf
menjawab; “Tuhanku”. Jibril bertanya: Siapakah yang menyelamatkan dirimu dari
tipu daya saudara-saudaramu? Yusuf menjawab; Tuhanku. Siapakah yang telah
memeliharamu di dalam perigi? Yusuf menjawab; Tuhanku. Siapakah yang menjadikan
rasa suka Zulaikha terhadapmu? Yusuf menjawab; Tuhanku. Kemudian Jibril
bertanya: Siapa pula yang telah menyelamatkan dirimu dari tipu daya Zulaikha?
Yusuf menjawab; Tuhanku.”
Selanjutnya Jibril berkata: “Wahai Yusuf, sesungguhnya Allah
SWT telah membuat kebaikan ini untukmu. Maka di manakah engkau melihat tidak
mempunyai Allah, sehingga engkau meminta pertolongan kepada yang lain? Wahai
Yusuf, dulu datukmu Ibrahim as tidak mahu meminta tolong kepada Jibril ketika ia
akan dilemparkan ke dalam api oleh Namruz. Ketika itu aku berkata kepadanya:
“Apakah engkau memerlukan pertolongan wahai Ibrahim? Kemudian Ibrahim menjawab:
Kepadamu, aku tidak meminta pertolongan.”
Begitu pula datukmu Ismail, ia tidak meminta pertolongan apa
pun kepada ayahnya Ibrahim, ketika ia akan dikorbankan. Namun ia hanya berkata:
“Insya Allah engkau akan memperolehi aku termasuk golongan orang-orang yang
sabar.”
“Tetapi engkau wahai Yusuf baru sahaja tiga hari berada di
dalam penjara, sudah tidak sabar, sehingga engkau minta pertolongan kepada
raja.”
Maka bersujudlah Nabi Yusuf as. kepada Allah SWT, dan menangis
selama empat puluh hari. “YaAllah, demi kehormatan datukku Ibrahim as dan Ismail
as dan Ishak as serta demi ayahku Ya’kub as kasihanilah aku dan ampunkanlah
kesalahanku.”
Maka turunlah Jibrail as menemui Nabi Yusuf as dan
berkata:
“Sesungguhnya Allah SWT berfirman: “Aku telah memaafkanmu,
akan tetapi Allah beri engkau hukuman dengan tinggal di dalam penjara selama
tujuh tahun lagi.”
Jibril a.s menggoncang tugu kaum nabi Saleh
Bagi tiap-tiap
seorang ada malaikat penjaganya silih berganti dari hadapannya dan dari
belakangnya, yang mengawas dan menjaganya (dari sesuatu bahaya) dengan perintah
Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah apa yang ada pada sesuatu kaum sehingga
mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah
menghendaki untuk menimpakan kepada sesuatu kaum bala bencana (disebabkan
kesalahan mereka sendiri), maka tiada sesiapapun yang dapat menolak atau menahan
apa yang ditetapkanNya itu, dan tidak ada sesiapapun yang dapat menolong dan
melindungi mereka selain daripadaNya. (Ar-R'ad 13:11)
Kaum Saleh telah dibinasakan Allah dengan suara jeritan Jibril as.
Peristiwa ini terjadi pada hari Rabu. Firman Allah SWT:
"Sesungguhnya kami menimpakan atas mereka suatu suara yang keras
mengguntut; maka jadilah mereka seperti rumput-rumput kering (yang dikumpulkan
oleh) yang mempunyai kandang binatang." (Al- Qomar: 31)
Dikisahkan bahawa pada suatu hari Nabi Saleh menyampaikan berita
bahawa pada masa itu akan lahir di tengah-tengah mereka seseorang yang menjadi
penyebab kehancuran kaum itu.
Maka para pemuka kaum itu mengadakan mesyuarat untuk membahas masalah
tersebut. Akhirnya mereka memutuskan, harus memisahkan diri daripada isteri
masing-masing, jika ada yang hamil dan melahirkan anak lelaki maka harus
dibunuh. Keputusan mereka itu dijalankan.
Salah seorang dari kaum mereka melahirkan seorang anak lelaki, namun
mereka tidak sampai hati untuk membunuhnya. Disebabkan keluarga tersebut belum
pernah mempunyai anak, anak itu bemarna Qodaron.
Sebanyak sembilan kaum telah membunuh anak lelaki mereka yang lahir.
Namun ketika mereka melihat Qodaron telah menjadi seorang pemuda, mereka merasa
menyesal kerana telah membunuh anak-anak mereka dahulunya. Kemudian mereka
berunding untuk membunuh Nabi Saleh as.
Mereka berkata: "Sebaiknya kita pergi keluar kota dahulu, kemudian
kita pulang dengan secara sembunyi, pada saat itu Nabi Saleh kita bunuh. Lalu
kita bersumpah dengan nama Allah dengan kerabatnya bahawa kita tidak membunuhnya
dan kita tidak tahu sama sekali tentang pembunuhan itu."
Ketika itu umur Qodaron lima belas tahun. Di saat mereka sedang minum
arak, mereka juga memerlukan air, sedangkan pada hari itu merupakan giliran unta
untuk mendapatkan air, mereka sudah puas mencari air di tempat yang lain, namun
tidak mereka temui. Kemudian Qodaron berkata: "Menurut pendapatku, lebih baik
kita bunuh sahaja unta Saleh, sebab kita dalam kesukaran air."
Kemudian mereka pun keluar dengan membawa sebilah pedang, mereka
bersembunyi di rumput-rumput di bawah kaki gunung. Pada saat giliran unta Saleh
ingin minum air, maka dengan segera Qodaron membunuh unta tersebut. Kemudian
mereka juga berusaha membunuh anak unta Nabi Saleh, maka anak unta itu pun
berlari ke arah gunung, maka dengan kuasa Allah gunung itu terbelah, dan
masuklah anak unta itu ke dalamnya.
Ketika Nabi Saleh as mengetahui peristiwa pembunuhan terhadap unta
mukjizatnya itu, maka ia berkata kepada kaumnya: "Anda semua boleh duduk di
rumah selama tiga hari, setelah itu akan datang seksaan kepada anda.
Tandatandanya adalah, pada hari pertama muka-muka kamu semua menjadi merah,
pada hari kedua menjadi kuning, pada hari ketiga menjadi hitam legam."
Di saat mereka melihat tanda-tanda seperti yang diucapkan oleh Nabi
Saleh itu betul, mereka pun berkata: "Mari kita bunuh Nabi Saleh seperti kita
membunuh untanya." Mereka kemudiannya menuju ke tempat tinggal Nabi Saleh.
Peristiwa itu terjadi pada hari Rabu. Kemudian Jibril as datang sambil memegang
tugu-tugu kota itu lalu digoncangnya dengan sekeras-kerasnya. Akhirnya dia
menjerit dengan sekuat-kuatnya sehingga mereka semua mati pada saat itu
juga.
Begitu gambaran betapa bahayanya minuman keras yang memabukkan ini.
Kerana sebab terbunuhnya unta mukjizat Nabi Saleh disebabkan minuman keras.
Fitnah Harut dan Maarut juga kerana minuman keras. Sebab terbunuhnya Nabi Yahya
kerana minuman keras. Kaum Nabi Nuh mengganggu Nabi Nuh kerana minuman keras.
Pembunuhan terhadap Usman ra juga disebabkan minuman keras. Pembunuhan terhadap
Sayyidina Husin juga kerana minuman keras."
Jibril & 12,000 Malaikat menemui Rasulullah di Bukit Qubais
Bagi tiap-tiap
seorang ada malaikat penjaganya silih berganti dari hadapannya dan dari
belakangnya, yang mengawas dan menjaganya (dari sesuatu bahaya) dengan perintah
Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah apa yang ada pada sesuatu kaum sehingga
mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah
menghendaki untuk menimpakan kepada sesuatu kaum bala bencana (disebabkan
kesalahan mereka sendiri), maka tiada sesiapapun yang dapat menolak atau menahan
apa yang ditetapkanNya itu, dan tidak ada sesiapapun yang dapat menolong dan
melindungi mereka selain daripadaNya. (Ar-R'ad 13:11)
Pada zaman jahiliah di antara beberapa orang
raja ada seorang raja yang bernama raja Habib lbnu Malik di kota Syam.
Orang-orang arab menggelarnya “Raihanah Quraisyin.”
Ketika Raja Habib bersama angkatan tenteranya
seramai 12,000 orang singgah di Abthah, iaitu suatu tempat dekat kota Makkah
maka datanglah Abu Jahal beserta pengikut pengikutnya memberikan berbagai-bagai
hadiah kepada raja Habib.
Setelah itu Abu Jahal dipersilakan duduk di
sebelah kanan raja Habib. Berkata raja Habib: “Wahai Abu Jahal katakan kepadaku
tentang Muhammad.”
Berkata Abu Jahal: “Tuan, silalah tuan tanya
tentang Muhammad itu dari Bani Hasyim.”
Raja Habib pun bertanya kepada Bani Hasyim:
“Wahai Bani Hasyim, katakan pada beta tentang Muhammad itu.”
Berkata Bani Hasyim: “Sebenarnya kami telah
mengenal Muhammad itu sejak dia kecil lagi, orangnya sungguh amanah dan setiap
katanya benar; dia tidak akan berkata selain dari yang benar. Apabila umur
Muhammad meningkat pada 40 tahun dia telah mula mencela Tuhan kita dan dia
membawa agama baru yang bukan datangnya dari nenek moyang
kita.”
Sebaik sahaja raja Habib mendengar penjelasan
dan Bani Hasyim maka dia pun berkata: “Bawa Muhammad mengadap dengan cara baik,
kalau Muhammad degil maka gunakan kekerasan.
Setelah itu mereka pun mengutus salah seorang
untuk menjemput Muhammad SAW. Setelah Rasulullah SAW menerima pesanan raja,
baginda pun bersiap-siap untuk pergi, sementara itu Abu Bakar ra dan Siti
Khadijah menangis kerana takut baginda dizalimi oleh raja
tersebut.
Rasulullah SAW berkata: “Janganlah kamu
berdua menangis, serahkanlah urusanku ini kepada Allah SWT.”
Kemudian Ahu Bakar ra pun mengaturkan pakaian
untuk RasuIulIah SAW yang terdiri dari baju berwarna merah dan serban berwarna
hitam.
Setelah Rasulullah SAW mengenakan pakaian
tersebut maka baginda bersama Abu Bakar ra dan Khadijah ra pun pergi menghadap
raja Habib. Setelah sampai di hadapan raja, Abu Bakar ra berdiri di sebelah
kanan Rasulullah SAW sementara Siti Khadijah berdiri di belakang Rasulullah
SAW.
Apabila raja Habib melihat baginda Rasulullah
SAW berdiri dihadapannya maka raja Habib pun bangun memberi hormat mempersilakan
Rasulullah SAW duduk di sebuah kerusi yang diperbuat dari emas. Sementara itu
Siti Khadijah yang merasa cemas berdoa kepada Allah SWT: “Ya Allah, tolonglah
Muhammad dan mudahkanlah dia menjawab sebarang pertanyaan.”
Sewaktu baginda duduk di hadapan raja Habib
maka keluarlah cahaya memancar dari wajah baginda dan baginda duduk dengan
tenang tanpa rasa takut.
Raja Habib memulakan pertanyaan: ‘Wahai
Muhammad, kamu pun tahu bahawa setiap Nabi itu ada mukjizatnya, jadi apakah
mukjizat kamu itu?”
Bersabda Rasulullah SAW: “Katakan apakah yang
kamu kehendaki?”
Berkata raja Habib: Aku mahu matahari itu
terbenam dan bulan pula hendaklah turun ke bumi dan kemudiannya bulan hendaklah
terbelah menjadi dua, kemudian masuk di bawah baju kamu dan separuh keluar
melalui lengan baju kamu yang kanan dan sebelah lagi hendaklah keluar melalui
lengan baju kamu yang kiri. Setelah itu bulan itu hendaklah berkumpul menjadi
satu di atas kepala kamu dan bersaksi atasmu, kemudian bulan itu hendaklah
kembali ke langit dan mengeluarkan cahaya yang hersinar dan hendaklah bulan itu
tenggelam. Sesudah itu hendaklah matahari yang tenggelam muncul semula dan
berjalan ke tempatnya seperti mulanya.”
Setelah mendengar begitu banyak yang raja
Habib kehendaki, maka baginda Rasulullah SAW pun bersabda:
Apakah kamu akan beriman kepadaku setelah aku
melakukan segala apa yang kamu kehendaki?”
Berkata raja Habib: “Ya, aku akan beriman
kepadamu setelah kamu dapat menyatakan segala isi hatiku.”
Abu Jahal yang sedang menyaksikan percakapan
itu segera melompat ke hadapan sambil berkata: “Wahai tuanku, tuanku telah
mengatakan yang cukup baik dan tepat.”
Rasulullah SAW pun keluar lalu pergi mendaki
gunung Abi Qubais, kemudian baginda mengerjakan solat dua rakaat lalu berdoa
kepada Allah SWT. Setelah berdoa maka turunlah malaikat Jibril as bersama dengan
12,000 malaikat dengan memegang panah di tangan mereka.
Malaikat Jibril as berkata: “Assalamu alaika
yaa Rasulullah, sesungguhnya Allah telah bersalam kepadamu dan
berfirman:
“Wahai kekasihku, janganlah kamu takut dan
bersusah hati. Aku akan sentiasa bersamamu di mana sahaja engkau berada dan
telah tetap dalam pengetahuanKu dan berjalan di dalam qada kepastianKu di zaman
azali apa-apa yang diminta oleh raja Habib bin Malik pada hari ini; pergilah
kamu kepada mereka dan berikan hujjahmu dengan tepat dan jelaskan keadaanmu dan
keutusanmu. Ketahuilah sesungguhnya Allah SWT telah menundukkan matahari, bulan,
malam dan siang. Sesungguhnya raja Habib itu mempunyai seorang puteri yang tidak
mempunyai kedua tangan, kedua kaki dan tidak mempunyai kedua mata. Dan katakan
kepadanya bahawa Allah SWT telah mengembalikan kedua tangannya, kedua kakinya
dan kedua matanya.”
Setelah itu Rasulullah SAW pun turun dari
gunung Abi Qubais dengan rasa tenang dan rasa gembira. Malaikat Jibril as di
angkasa dan para malaikat berbaris lurus dan Rasulullah SAW berdiri di maqam
Ibrahim. Dan adalah saat itu matahari terbenam.
Matahari mulai seakan-akan berlari cepat,
ertinya matahari cepat-cepat terbenam dan menjadi gelap gelita. Kemudian bulan
terbit dengan terangnya, setelah bulan naik meninggi baginda Rasulullah SAW
memberikan isyarat dengan dua jari-jarinya kepada bulan itu, dan bulan
seakan-akan berlari turun ke bumi dan berdiri di hadapan baginda Rasulullah SAW.
Kemudian bulan itu bergerak-gerak seperti awan lalu bulan itu terbelah menjadi 2
dan bulan itu masuk di bawah baju Rasulullah SAW separuhnya keluar melalui
lengan sebelah kanan baju baginda sementara yang sebelah lagi keluar melalui
lengan sebelah kiri baju baginda. Kemudian bulan kembali bercantum mengeluarkan
cahaya dengan terang lalu berdiri di atas kepala Rasulullah SAW dengan berkata:
“Saya bersaksi bahawa sesungguhnya tidak ada Tuhan melainkan Allah dan saya
bersaksi bahawa Muhammad itu hamba Allah dan RasulNya sesungguhnya berbahagialah
orang-orang yang membenarkan engkau Muhammad dan rugilah orang-orang yang
menyalahi engkau.”
Setelah bulan berkata demikian maka bulan pun
kembali ke langit menjadi terang dan menghilangkan dirinya. Sebaik sahaja bulan
menghilangkan dirinya maka matahari pun timbul kembali. Oleh kerana raja Habib
telah mengatakan bahawa Rasulullah SAW mesti memberitahu rasa hatinya maka
diapun berkata: ‘Wahai Muhammad, kamu masih ada satu syarat
lagi.”
Belum sempat Habib hendak berkata maka
baginda Rasululah SAW bersabda: “Sesungguhnya kamu mempunyai seorang puteri yang
tidak mempunyai dua tangan, tidak mempunyai dua kaki dan dia juga tidak
mempunyai dua mata dan sesungguhnya ketahuilah olehmu Allah SWT telah
mengembalikan kedua tangan, kedua kaki dan kedua matanya.”
Sebaik sahaja raja Habib mendengar dan meihat
segala galanya maka dia pun berkata: “Wahai ahli Makkah, tidak ada kufur sesudah
iman dan tidak ada keraguan sesudah yakin, oleh itu ketahuilah oleh kamu
sekelian bahawa sesungguhnya aku bersaksi, Tidak ada Tuhan melainkan Allah yang
satu dan tidak ada sekutu bagiNya, dan saya bersaksi bahawa sesungguhnya
Muhammad itu hambaNya dan utusan-Nya.”
Raja Habib dan semua bala tenteranya masuk
Islam. Kemarahan Abu Jahal meluap-luap dan dia berkata: “Wahai tuan raja, apakah
tuan percaya kepada ahli syihir ini sehingga syihir itu telah mempersonakan
tuan.”
Raja Habib tidak menghiraukan kata-kata Abu
Jahal, sebaliknya raja Habib kembali ke negerinya Syam. Apabila raja Habib masuk
ke dalam istananya dia disambut oleh anak perempuanya dengan mengucap: “Asyhadu
alla ilaaha illallah wa asyhadu anna Muhammadan ‘abduhu wa Rasuuluhu” (Saya
bersaksi bahawa sesungguhnya tidak ada Tuhan melainkan AlIah dan saya bersaksi
bahawa Muhammad itu adalah pesuruhNya dan utusanNya).
Raja Habib tercengang dengan kalimah yang
diucapkan oleh anaknya maka dia pun berkata: “Wahai anakku, siapakah yang
mengajarkan kepada kamu kalimah ini?”
Berkata anak raja Habib: “Sebenarnya sewaktu
saya tidur, telah datang seorang lelaki lalu berkata kepada saya: “Sesunguhnya
ayah kamu telah masuk Islam, kalau kamu mahu masuk Islam maka aku kembalikan
segala anggota kamu dengan baik.” Setelah itu saya pun tidur dan pagi ini diri
saya tidak ada yang
kurang seperti yang ayah lihat
sekarang”
Kemudian raja Habib bersyukur sujud kepada
Allah SWT agar nikmat iman dan bertambahlah keyakinan. Setelah itu raja Habib
mengumpulkan emas, perak dan kain lalu dinaikkan atas lima ekor unta berserta
dengan beberapa orang hamba
dikirimkan kepada Rasulullah
SAW.
Ketika rombongan yang membawa segala hadiah
dari raja Habib itu sampai dekat kota Makkah, tiba-tiba muncul Abu Jahal bersama
kuncu-kuncunya lalu berkata: “Kamu semua milik siapa?”
Berkata rombongan itu: “Kami semua ini milik
raja Habib bin Ibnu Malik dan kami hendak pergi pada Rasullulah
SAW.”
Sebaik sahaja Abu Jahal mendengar jawapan
dari rombongan itu maka dia cuba merampas semua barang-barang yang bawa oleh
rombongan itu, oleh kerana rombongan itu enggan menyerahkan barang-barang
tersebut maka berlakulah pergaduhan antara kedua belah pihak. Apabila berlaku
peperangan diantara kedua belah pihak maka berkumpullah penduduk kota Makkah dan
datang bersama mereka Rasulullah SAW.
Melihat akan kedatangan orang ramai maka
berkata rombongan diraja itu: “Kesemua barang yang kami bawa ini adalah milik
raja Habib, dan raja Habib berhajat untuk rnenghadiahkan kesemua barang ini
kepada Rasulullah SAW.”
Abu Jahal berkata: “Raja Habib menghadiahkan
kesemua harang ini kepada saya.”
Lalu Rasulullah SAW bersabda: “Wahai penduduk
Makkah, adakah kamu semua suka kalau aku mencadangkan
sesuatu?”
Berkata penduduk Makkah: “Ya, kami
setuju.”
Bersabda Rasulullah SAW: “Kita hendaklah
memutuskan percakapan unta ini, untuk siapakah sebenarnya harta
ini.
Berkata Abu Jahal: “Kita tentukan perkara ini
esok pagi.”
Setelah mendapat persetujuan dari Rasulullah
SAW untuk ditunda pada esok hari maka Abu Jahal pun balik dan terus pergi kepada
berhala-berhala yang disembahnya, dia pun memberi beberapa korban kepada
berhala-berhala mereka dan memohon pertolongan pada berhala mereka sehingga
pagi.
Apabila waktu yang dijanji telah tiba maka
ramailah penduduk kota Makkah datang untuk melihat keputusan pengadilan.
Rasulullah SAW datang bersama bapa saudara baginda danAbu Jahal bersama
kuncu-kuncunya. Sebaik sahaja Abu Jahal sampai maka dia pun terus mengelilingi
unta itu dengan berkata: “Berkatalah unta-unta semua atas nama Lata, Uzza dan
Manata.” Setelah Abu Jahal berkata demikian sekian lama sehingga matahari telah
tinggi, namum unta-unta itu tidak berkata apa-apa.
Maka berkata penduduk kota Makkah: ‘Wahai Abu
Jahal, cukuplah apa yang kamu buat itu, sekarang giliran Muhamad pula untuk
melakukannya.”
Rasulullah SAW pun menghampiri unta-unta
tersebut dengan berkata: ‘Wahai unta makhluk Allah, demi ciptaan Allah
berkatalah kamu dengan kekuasaan Allah.”
Setelah Rasulullah SAW berkata demikian maka
bangunlah salah satu dari lima ekor unta lalu berkata: “Wahai ahli kota Makkah,
kami semua ini adalah hadiah raja Habib bin Ibnu Malik untuk dipersembahkan
kepada Rasulullah SAW.”
Sebaik sahaja unta itu berkata demikian maka
RasulullahSAW pun menarik unta-unta tersebut berserta dengan barang-barang yang
dibawanya ke gunung Qubais, kemudian Rasulullah SAW mengeluarkan semua emas dan
perak yang
ada di atas unta lalu dikumpulkan sehingga
menjadi bukit lalu berkata: “Wahai emas dan perak, hendaklah kamu semua menjadi
pasir.”
Kemudian dengan sekejap sahaja kesemua emas
dan perak itu menjadi bukit sehingga sekarang.
Langganan:
Postingan (Atom)